Hotman J. Lumban Gaol, S.Th
Sahabat, apakah yang kita impikan dalam kehidupan kita? Adakah kita menyadari nilai hidup? Apa itu nilai hidup? Sukses seringkali disalah artikan. Sukses, ketika materi, uang dan proferti menjadi ukuran. No! Sukses analoginya detak jantung kita. Berdetak, berdenut, masih ada harapan. Sukses sesungguhnya adalah ketika kita punya nilai. Nilai hidup kita diukur seberapa penting kita ada bagi orang lain.
Tak baik memang menganggap diri kita penting, lebih penting dari orang lain. Yang saya maksud kawan, apa dampak yang kita beri. Mungkin, janganlah kita terlalu jauh, muluk-muluk memikirkan pengaruh. Pertanyaan untuk kita renungkan: adakah saya berguna bagi orang lain? Adakah saya berguna untuk keluargaku? Untuk lingkunganku, untuk masyarakatku, untuk negaraku?
Atau jangan-jangan kita selama ini benalu. Menghambat orang yang di lingkungan kita, bertumbuh. Yang kita sampaikan kata makian, atau pesimisme. Atau, manakala kita berapa posisi bawa menjilat, ketika di atas kita menginjak. Kita merasa berpengaruh, merusak semangat orang untuk menjadi hidup lebih baik. Kita malah mengbuat orang terpukul karena kita adalah pembuat kegaduhan. Kita provokator, bukan menjadi mediator.
Sukses kita, ketika kita berguna bagi orang lain. Berguna, pertama melihat diri memiliki tanggung jawab. Bertanggung jawab menjadi jawabannya. Suami bertanggung jawab bagi kehidupan istri dan anaknya. Istri bertanggung jawab bagi kenyamanan anak-anaknya. Anak bertanggung jawab bagi orangtuan. Sesederhana itu.
Janganlah!
Saya masih ingat kawan, ada teman yang menyebut; "jabatan sersan tetapi tanggung jawab komandan." Sersan, serius tetapi santai. Komandan harus menjadi pengayom. Bagi saya seorang komandan adalah seorang bapak. Dia juga adalah seorang teman, seorang pelatih, seorang kakak. Komandan bisa mengayomi. Kalau ini diterapkan di semua ruang-ruang publik, di rumah tangga, jadi kehidupan kita. Aman, nyaman, serius tetapi santai.
Di militer kita dapat kata Militan, sikap orang ikut serta dalam suatu pertempuran fisik, dalam verbal yang agresif. Militan tertempel dalam sanuabari orang-orang rela, siap tempur. Militan bukan hanya kamus militer saja, kawan, tetapi bukan juga kamus orang-orang yang negatif. Berkorban untuk merusak kedamaian orang lain. Militan dimiliki prajurit sedia dan setia. Ia, menyeruk hinggap ke sumsum tulang orang-orang yang berniat, berjuang.
Mendapatkan nilai itu perlu militan, kawan. Berjibaku, militan untuk berpeluh. Militan adalah tanda bagi orang-orang yang mau dan siap menderita. Mengalami pengemblengan fisik dan mental, darinya lahir sikap disiplin. Kawan, mari membuat nilai. Itulah orang yang purna mengerti hidup, bernilai dan bermakna.